The GazettE in album Vortex

The GazettE in album Vortex
Iri gue sama rambutnya Aoi~ XD

Sabtu, 09 April 2011

My FF: The GazettE / Nancy / Chapter: 8

Chapter 8

Chara: The GazettE
Genre: Friendship
Rated: T
Disclaimer: Mine


9 tahun kemudian...
“Ruki! Ruki!” panggil Uruha sambil mengetok-ngetok pintu kamar Ruki. Tak ada jawaban. “RUKI!”
Aoi yang lagi asyik baca manga (bayangkan saja rated-nya apa~) ngerasa terganggu langsung ngelempar si Uruha pake bantal yang ada di sampingnya. “Ngapain, sih, loe berisik kayak gitu!? Masih pagi udah berisik~”
Uruha melipat tangannya. Ia menoleh dengan ekspresi be-te. “Gue mau bangunin si Ruki tau!”
Aoi langsung berdiri dan mengambil segayung air dari kamar mandi. “Buka pintunya!” perintahnya sambil membawa gayung yang penuh air. Uruha membuka pintu kamar Ruki dan dengan cepat Aoi menyiram laki-laki yang lagi asyik tidur dengan air yang sangat dingin.
“Apaan, sih!!” teriak Ruki langsung terbangun dari alam mimpinya. Ia basah kuyup dan hpnya ancur gara-gara ikut kesiram air.
“Makanya bangun!” jawab Aoi lalu, pergi dengan wajah innocent-nya.
Ruki cemberut. “Akh! Ganggu mimpi gue aja!”
“Udah siang tau! Loe, sih, kelamaan tidur~” kata Uruha.
“Biar aja gue tidur mulu. Ntar kan gue jadi tinggi kayak loe kalo banyak tidur,” kata Ruki sambil mengacak rambut merahnya yang basah.
“Itu cuma bisa buat anak kecil tau~”
“Kalian pada tinggi-tinggi~ Gue? Coba loe bayangin kalo loe jadi gue~”
Uruha menghela nafas berat. “Nyerah gue.. Eh, Ruki, kalo lagi manggung kan loe yang paling disorot dan paling depan. Udahlah nggak usah iri kayak gitu~”
“Ok. Kalo gitu.. Gue mau tidur lagi aja.”

Hari ini adalah hari ulang tahun Ruki yang ke 25 dan ia akan berangkat ke Inggris buat nyusul (nyari) Nancy yang sudah hilang beberapa tahun lalu. Selain itu mereka berlima bikin band yang diberi nama The GazettE yang rencananya akan manggung di Inggris 2 minggu lagi.
Di salah satu bandara di Inggris..
Ruki melihat sekelilingnya dengan antusias dan tak percaya kalau dia sudah sampai di Inggris, serta kebanyakan dari orang-orang yang dia temui memakai Bahasa Inggris. Tenang saja Ruki nggak akan cengo,kok, gara-gara nggak ngerti perkataan orang lain, karena dia sudah les-les Bahasa Inggris di banyak tempat yang membuat dia kini jago pakai Bahasa Inggris. Makanya, jangan heran kalau lagu-lagu the GazettE banyak yang pakai bahasa internasional ini. XD
Di pesawat dia nyiptain sebuah lagu yang rencananya akan dia nyanyikan nanti pas manggung. ‘Kira-kira pada suka lagu ini atau nggak, ya?’ pikirnya.

Rumah Aoi di Inggris..
“Eh, kita mau nyanyi apa?” tanya Kai sambil masak pasta.
“Kan kemarin udah dikasih catatannya,” jawab Reita sambil memetik-metik bassnya.
“Iya. Gue tahu. Cuma maksud gue, lagu pembukanya apaan?”
“Apa, ya? Perasaan kemaren udah ada di kertas ketikan itu,” jawab Aoi sambil nyari-nyari kertas itu di dalam kopernya.
Ruki berdiri sambil berdehem-dehem ria. “Sebenernya tadi gue bikin lagu dan..” Ruki diam sebentar sambil melihat sepupu-sepupunya itu. “.. Gue pikir lagu ini bagus.”
“Oh? Coba gimana lagunya?” tanya Uruha antusias. Ia penasaran. “Siapa tahu aja lagunya bagus.”
Ruki mengulurkan kertas yang sejak tadi di pegangnya. “Nih.”
“Percuma Ruki. Gue nggak tau lagunya~”
“Gue juga mau tahu,” kata Kai lalu, duduk diantara Aoi dan Reita. “Kasih tahu, dong.”
Ruki meringgis. “Gue? Nggak tau~”
“Udah nyanyi,” suruh Aoi.
“Bener kata loe, Aoi, cepet nyanyi,” suruh Reita setuju.
Ruki menghela nafas gugup. “Gue?”
“Udah cepet loe nyanyi!” perintah Aoi, Kai, Reita, dan Uruha serempak.
Ruki pun menyanyikan lagu baru buatannya dengan agak gugup.
4 menit kemudian..
“Gimana?” tanya Ruki.
Uruha berdehem-dehem. Aoi mengeryitkan dahinya. Reita masih menopang dagunya dengan tangan kanannya. Kai malah melongo.
“Jadi?” tanya Ruki tak yakin. “Ancur, ya?”
Kai melirik kertas lirik yang dipegang Uruha. “Yakin loe bikin ini di pesawat?”
“I-iya,” jawab Ruki ragu, dia tahu lagunya akan dianggap ancur dan ternyata emang ancur.
“Gimana?” tanya Kai.
Uruha mengangkat alis kirinya. “Hn.”
Reita mengangkat bahu.
“Lumayan,” jawab Aoi. “Apa judulnya?”
Ruki mengangkat bahu. “Belom gue pikirin.”
“Apa, ya?” kata Uruha bantu berpikir.
Ruki dapat ide. Tiba-tiba aja. “Gue pikir, gimana kalo Nancy?”
“Apa?! Nancy!?” kata mereka berempat kaget.
Ruki mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Reita manahan tawanya.
“’Nancy’? siapa lagi tuh?” tanya Uruha bingung.
“Ckckck. Ruki, Ruki.. Udah Reila, Erika, Catherine, eh, sekarang Nancy~” kata Kai.
“Mantan loe banyak amat, sih?” kata Aoi menyindir. “Entar lagu kita penuh dengan nama-nama mantan pacar loe lagi~”
“Nggak. Nggak. Dia bukan mantan pacar gue,” bantah Ruki dengan wajah agak bersemu merah. Ia lalu, cemberut. “Eh, lagian gue kan belom pernah pacaran.”
“Alasan aja loe,” sindir Reita disela tawanya.
“Huft!” Ruki memutar bola matanya kesal. “Lagu ini jadi lagu pembuka buat kita manggung nanti?” pinta Ruki dengan nada memohon sambil berekspresi seimut mungkin.

“Ruki, kamu udah sampai di Inggris kan?” tanya seorang wanita di ujung telepon yang ternyata merupakan ibu Ruki. Belum sempat Ruki menjawab, wanita itu sudah berbicara lagi, ”Datanglah ke restoran Marriane. Lokasinya hanya 5 blok dari rumah Aoi. Datanglah hari Sabtu besok jam 07.30 p.m.. Jangan sampai terlambat.”
“A-apa? Eh, tidak. Maksudku memang ada apa?” tanya Ruki panik. Ia tak mengerti atas apa yang akan terjadi atau yang telah terjadi. “Aku.. Sebentar lagi kan aku ma~”
“Udah dateng aja,” sela ibunya cepat. “Kamu harus berpakaian serapi mungkin dan menjaga kelakuanmu.”
“Ta-ta-tapi~”
“Kamu akan dijodohkan,” potong ibunya cepat sambil memutus sambungan telepon.
Ruki terbengong-bengong tak percaya. Ia terpaku di tempatnya. ‘APA!? PERJODOHAN!?’ Ia berkeringat dingin cemas. ‘Gue dateng kesini buat nyari si Tuki, tapi KENAPA GUE HARUS TERLIBAT HAL KAYAK GINI!? Berarti PERCUMA GUE DATENG KESINI~!?!’

Restoren Marriane..
Dengan berbekal informasi dari Reita tentang alamat dan tentang restoran tersebut. Ruki memakai setelan jas hitam dengan dasi berwarna biru gelap. Dengan gugup ia memasuki restoran besar nan indah yang bergaya abad 18 itu. Ia mencari-cari letak orang tuanya itu. Akhirnya, dia menemukan kedua orang tuanya itu.
Ruki memberi hormat pada 3 orang yang duduk semeja dengan orang tuanya. ‘Ini pasti orang-oran yang dimaksud.’ Ia jadi ingat kata-kata Aoi, Kai, Reita, dan Uruha semalam.
----------------------flash back (semalam)-------------------------
“Jangan mau kalau cewek itu nggak cantik,” kata Aoi sambil bermain game online di komputernya.
“Kalo gue nggak akan mau kalau dia nggak bisa masak. Nanti bisa mati kelaperan gue~” kata Kai sambil memakan makan malamnya.
“Hm.. Gue nggak mau dia nggak keren,” kata Uruha sambil memotong bahan celana jeansnya di bagian paha.
Reita melepas nose-bandnya. “Gue nggak akan terima dia kalau gue nggak suka sama dia.”
--------------------------flash back end---------------------------
Ruki duduk di tempat yang kosong diantara ayahnya dan seorang wanita yang ia yakin akan dijodohkan dengannya. Saat Ruki melihat wajah wanita itu (dan wanita itu balas meliriknya), keduanya kaget dan sang wanita langsung menunduk. ‘Tampaknya aku setuju dengan perkataan Reita semalam.’
“Ini anakku, namanya Matsumoto Takanori. Dia sering dipanggil Ruki,” kata ayah Ruki memperkenalkan anak semata wayangnya.
Ruki tersenyum. “Saya Matsumoto Takanori.”
“Wah, tampaknya, saya pernah melihatmu di majalah,” kata ibu wanita yang dijodohkan dengannya.
“Saya merupakan vokalis dari suatu band visual kei yang bernama ‘the GazettE’. Jadi, terkadang foto saya ada di majalah,” jawab Ruki dengan sopan.
“Perkenalkan, wanita ini merupakan anak kedua kami. Namanya..” kata ayah wanita yang dijodohkan dengannya. “Biar dia mengenalkan dirinya sendiri.”


Wow! Banyak banget! Awalnya, sih, gue pikir cuma sampai chapter ini aja, eh, koq, banyak juga, ya?? :D
------------------------------------------ZPBellani®----2011-nen—4-gatsu---Muika©---------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar