The GazettE in album Vortex

The GazettE in album Vortex
Iri gue sama rambutnya Aoi~ XD

Senin, 14 Maret 2011

My FF: The GazettE / Nancy / Chapter 6


Chapter 6


Chara: Ruki, Aoi, Fersie, Reita, Tommi, Kai
Rated: T
Genre: Friendship
Disclaimer: Mau sampai kapanpun bahkan, setelah gempa mengguncang Jepang kemaren, tetap aja ini ff punya gue. ZPBellani.


J
Ruang kelas XGS..
  Ruki memandang jenuh soal Bahasa Inggris dihadapannya. Ia masih memutar-mutar pulpen bosan dan bingung menjawab soal-soal itu. Soal-soalnya Cuma 5, kok. Tapi, sie Ruki belom ngerjain satupun. Pikirannya lagi mengelana ke tempat lain.
  Bel mengagetkan itu berbunyi 2 kali tanda pergantia pelajaran. Bu Lin berdiri. “Kumpulkan ulangannya!” perintah Bu Lin. Murid-murid langsung cepat-cepat ngumpulin kecuali, satu siswa yang masih asyik dengan dunianya.
  Tommi menyikut teman sebangkunya. Ruku menoleh malas. “Apa?”
    “Udah pada ngumpulin tau,” kata Tommi. “Loe, nggak ngumpulin?”
   Deg. Ia melihat kertas jawabannya. Masih kosong semua (kecuali: nama dan kelasnya). “Tom, bantuin gue!” pinta Ruki panik.
  Tommi melihat kertas jawaban Ruki. Kosong! “Loe, ngapain aja daritadi?!” Dengan agak terpaksa, ia membantu Ruki yang sejak tadi ngelamun aja.
  Dengan cepat Ruki melesat ke arah Bu Lin yang udah sampai di tangga. “Bu Lin, maaf. Ini kertas jawaban saya,” kata Ruki terengah-engah.
J
 Bel istirahat kedua berdentang..
  Ruki, Aoi, Fersie, Tommi, dan Reita makan bersama dengan lauk yang berbeda-beda. Ruki bawa sushi, Aoi bawa burger, Fersie bawa lasagna, Tommi bawa roti bakar, dan Reita bawa nasi Padang. Mereka makan sambil melakukan hal yang beda-beda. Ruki makan sambil menunduk menatap lantai, Aoi makan sambil mainin gitar, Fersie asyik sms-an dan kadang terkikik geli sendiri (pas baca sms), Tommi makan sambil baca buku Geografi, dan Reita makan sambil mendengarkan musik pakai headsetnya.
  Karena merasa keganggu dengan tertawa sie Fersie, Aoi menjitak kepala Fersie. Maunya, sih, nggetok pake gitar namun, gitar kan mahal jadi takut rusak. “Berisik amat, sih!”
  Fersie cemberut. “Suka-suka gue, dong!” kata Fersie kesal.
  Dan akhirnya, mereka nyolot-nyolotan berdua.
 5 menit kemudian..
  Aoi dan Fersie masih nyolot-nyolotan. Reita memperhatikan mereka dengan tatapan kesal yang seolah-olah bilang ^Diem kalian!^. Mereka langsung diam gara-gara takut dengan tatapan sie Reita yang mengerikan (Oh, alaynya).
    “Eh, tau nggak ini siapa yang bikin?” tanya Fersie   Semua menggeleng, kecuali Ruki yang masih menunduk memikirkan sesuatu. “Ini buatannya Kai, lho!”
  Aoi meliriknya nggak percaya, “Paling loe boong.”
    “Kata siapa?! Emang bener, kok!”
  Mereka nyolot-nyolotan lagi.
    “Hei, Ruki! Loe kenapa, sih?” tanya Reita.
  Dua manusia yang sedang nyolot-nyolotan itu berhenti dan menatap Ruki yang tampaknya masih termenung.
    “Dia nggak ngerjain ulangan Bahasa Inggrisnya tadi,” jawab Tommi.
  Aoi, Fersie, dan Reita langsung tertawa. Fersielah yang tertawa paling keras.
  Tommi melihat mereka heran + bingung. “Kok, kalian ketawa?”
    “Dia mah emang nggak bisa Bahasa Inggris,” jawab Fersie sambil tertawa.
    “Iya, bener. Paling kalo ujian dia nyontek gue kalo nggak si Reita,” tambah Aoi masih tertawa.
J
 Kamar Ruki..
  Pe-er menmpuk tapi, nggak ada yang disentuh Ruki. Dilirik aja nggak. Ya, iyalah orang semuanya Bahasa Inggris. Pikirannya asyik pergi kemana-mana. Ia memandang ke jendela kamarnya. Cahaya berwarna jingga memasuki kamar Ruki. “Kemana, sih, loe?” tanyanya pada ... (nggak tahu harus nulis apa. Kan lagi nggak ada orang. Berarti ngomong sendiri, ya? Eits, tunggu kalo dia ngomong sendir berrti dia gila, donk!? Kalau dia gila berarti.. –Ah, sudahlah jangan dengarkan ocehan gila saya-)
    “Ruki,” panggil Kai dari depan pintu kamar Ruki yang terbuka lebar. Ruki tetap bergeming. “Ruki?” ulang Kai lebih keras. Ruki tetap diam aja. “Matsumoto Takanori!” Ruki masih tetap tak menoleh.
  Kai melihat sepupunya itu bingung dan heran. ‘Ni anak kenapa, sih?’ pikirnya. Ia sudah berdiri di depan Ruki, tapi Ruki tetap diam. “Woy! Gue ada disini!”
  Ruki menoleh. Baru sadar akan kedatangan laki-laki tinngi berambut hitam di kamarnya. “Sejak kapan kakak ada disini?”
  Kai menghela nafas berat. ‘Kayaknya tadi habis kesambet, deh~’ batinnya. “Gue udah ada disini sejak tadi.”
    “Oh.. Trus mau ngapain disini?” tanya Ruki polos.
    “Gue nggak mau ngapa-ngapain,” jawab Kai ketus. Dia merasa agak pusing dengan perilaku Ruki akhir-akhir ini yang menjadi suka ngelamun, jadi agak aneh, dan selalu bikin be-te dengan pertanyaan polos Ruki setelah bangun dari dunianya.
    “Kalau gitu, ya, keluar aja.”
    “Sebenernya, loe tuh mikirin apa, sih?”
  Ruki mengeryitkan dahi. “Gue nggak mikirin apa-apa. Emang kenapa?”
    “Tuh, pada nanyain tentang sikap loe yang jadi aneh.”
  Ruki mengangguk mengerti tapi, dia langsung melihat Kai bingung. “Maksudnya, gue ngapain?”
    “Astaga, Ruki!” kata Kai sambil, mengacak pelan rambut hitamnya. “Loe tuh jadi suka termenung kayak orang lagi mikir. Kami tahu loe nggak mikir, soalnya loe kan nggak suka mikir. Kok, loe jadi lemot, sih? Jangan-jangan ketularan gue!”
  Ruki menunduk menatap lantai kamarnya. Eh, dia melamun lagi. Kai cuma bisa menepuk dahinya. ‘Gue salah apa, sih, kenapa gue harus menjaga anak ini?!’ batin Kai lalu, keluar kamar Ruki.
J
 Kamar Reita..
  Reita sedang asyik dengan hpnya alias sms-an. Dia kaget melihat seorang manusia chibi berambut jingga berdiri di depan pintu kamarnya. Ia langsung mengeryitkan dahi melihat ekspresi Ruki yang sangat muram dan tampak agak menyedihkan itu. “Kenapa?” tanya Reita.
  Ruki duduk di kursi meja belajar Reita. “Gue mau..”
    “’Mau’ apa?”
    “Gue mau curhat..”
 Reita memandang Ruki tak percaya. “Apa?!”
Ruki memainkan hp yang ada di tangannya. “Jadi.. Loe tau nggak gimana rasanya suka ma orang?”
Reita menseryitkan dahinya. “Hah?”
  “Gue lagi suka sama seseorang dan gue mao minta pendapat loe..”
  “Kalo gue bisa, ya, gue kasih. Memang kenapa?”
  Ruki menghela nafas gugup. “Kalo loe suka sama orang dan orang itu secara tiba-tiba menghilang. Loe gimana?”
    “Tuki maksud loe?” tanya Reita kaget. “Maksud loe yang nggak tahu kemana?”
  Ruki mengangguk dengan wajah bersemu merah. “Menurut, loe, gue harus ngapain?”
  Reita berpikir cepat. “Cari aja.”
J
Inilah ff yang w tulis di tengah malam setelah mengerjakan Semester Assigment English yang masih kurang 1 (News Item Text). Dan kua akui kalau ini amat sangat GAZE luar biasa. Tapi kalo nggak GAZE bukan the GazettE, donk?? (ditimpukkin para Gazerock)
Kalo berniat review, ya...
Kalo nggak mau juga nggak apa-apa, kok. Karena ff ini juga tidak pantas di review TT~TT. (Xixixi.. Alay, deh gue) Mengetahui kalian yang sudah membaca ff ini aja ZPBellani udah senang, kok. Apalagi kalau ada yang mau berbaik hati mengapresiasikannya.
Apaan, sih, ZPBellani ini malah menuh-menuhin tulisan padahal, mata udah nggak mau kompromi.
Oh, ya, saya turut berduka cita atas bencana gempa sekuat 8,9 skala ritcher (wah, gede amat!!! ZPBellani panik. XD) yang melanda Jepang. Duh, pada selamat nggak, ya?? Mangaka-mangaka?? The GazettE?? Dan lain-lain?? Semoga selamat biar mereka tetap mewarnai hari-hariku... hiks hiks hiks TT~TT
___________________ZPBellani®_____________2011-nen 03-gatsu juu ni-nichi©________

My FF: The GazettE / Nancy / Chapter 5


Chapter 5


Chara: Ruki, Aoi, Fersie, Shafira, Reita
Rated: T (Cari aman)
Genre: Friendship
Disclaimer: Tanpa anyak bas-basi saya katakan, ff ini milik SAYA. :D




 Kelas XGS..
  Ruki menopang dagu bosan memandangi kelasnya yang sepi. Maklum saja, ini sudah waktunya pulang. Yah, bel sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Orang yang dia inginkan datang tidak datang juga. Ia menyerah dan keluar dari kelasnya. Menuruni tangga itu sendirian, tanpa teman. ‘Dasar! Dia minta ketemuan tapi, nggak datang!’ batinnya kesal.
  Dengan kesal, Ruki mengantongi hpnya. Hpnya bernyanyi-nyanyi tanda ada sms masuk. Ia tersenyum kecut. ‘Kalo nggak bisa dateng bilang aja! Jangan bikin gue nunggu tapi, nggak ada yang datang!’

 Kediaman Kai..
    “Aku pulang,” kata Ruki sambil membuka pintu pagar. Ia memasang tampang be-te.
    “Darimana aja loe? Dah ketemu?” tanya Aoi yang lagi asyik main hp.
  Ruki mendengus kesal. “Tuh, anak nggak dateng!”
    Aoi tertawa. “Makanya, kalo mau ketemuan itu dah kenal dulu. Percaya amat sama sms.”
 Kamar Ruki..
  Ruki sibuk mengerjakan tugas Geografi yang harus mengartikan 40 istilah tentang bab 3 dan 4. Ia membuka jendela kamarnya, membiarkan cahaya berwarna jingga memasuki kamarnya. “Masih banyak lagi~” keluhnya frustasi sambil melihat soal-soal yang sekalipun bener semua cuma dapet nilai 80~
  Sebuah sms masuk ke hpnya. Ia meliriknya . “Argh! Dia lagi. Siapa, sih, Shafira itu!?” Dengan nggak minat dia bales sms itu.
    “Woy, loe yakin mao nungguin dia?” tanya Aoi tak percaya. “Kemaren aja dia nggak dateng~”
    “Iya. Betul tuh. Ntar loe dikibulin lagi,” kata Fersie setuju. “Ntar loe kicep disini sendirian.” Ia tertawa membayangkan betapa anehnya kalo Ruki hanya duduk terbengong-bengong menunggu sesuatu yang tak datang-datang.
  Ruki melipat tangannya. “Mikir apa, loe! Ketawa-ketawa kayak gitu!” ujarnya tersinggung.
    “Nggak,” bantah Fersie sambil tertawa tertahan.
    “Ngomong-ngomong mana si Reita? Dari kemaren, kok, gue nggak liat?” tanya Ruki.
   “Kata siapa? Dari kemaren ada, kok. Loe aja yang nggak liat,” jawab Fersie. Ia senyam-senyum gaze. “Tumben Nanyain.”
    “Apaan, sih?”
    “Dia ada dikamarnya,” jawab Aoi. Ia melihat jam tangan birunya. “Gue balik, ya. Ayo, Fersie!”
    “Nggak mao. Nggak mao. Mao temenin Ruki,” kata Fersie lalu, cemberut. “Kan... Kan kasian sendirian.”
 Kamar Reita..
  Kamar itu terbuka oleh makhluk kecil yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi be-te. Siapa lagi kalo bukan Ruki yang kini berambut hijau. Reita yang lagi sibuk dengan pe-er Kimianya yang jumlahnya 30 soal dan dikerjakan di kertas folio, menoleh. “Apa?”
  Ruki duduk di kasur Reita. “Masa’ gue udah nungguin, eh, yang gue tungguin nggak dateng juga!” kata Ruki memulai curhat. Ia memetik-metik bass Reita sesuka hati.
    “Jangan sentuh bass gue!” larang Reita yang langsung dilakukan Ruki. Reita menutup buku kimianya (udah selesai ngerjainnya) dan membuka lks TIK dan mengerjakan pe-er sebanyak 12 halaman. “Si Fersie dah cerita kemaren. Lagian loe niat amat ketemuan ma si Shafira, padahal dia kan biasa aja~”
  Ruki melihat sepupunya itu kaget. “Loe tau si Shafira?”
    “Ni gue ada fotonya. Dari temen gue dan kayaknya berguna buat loe,” kata Reita sambil memberikan hpnya ke Ruki. “Jangan-jangan loe emang suka yang sama chibinya dengan loe? Biar sama-sama chibi.” Reita tertawa.
    “Enak aja. Oh, dia. Gue kira siapa. Akh! Nggak penting!” kata Ruki kecewa.
    “Hapus sekalian. Menuh-menuhin memory card gue aja!.”
  Ruki menghapusnya. Ia mengembalikan hp Reita. “Hm.. Loe tahu dia kemana?”
  Reita menghela nafas. “Nggak.” Jawabnya singkat.
    “Oh~” kata Ruki kecewa.
☺☺☺

Karena buru-buru + belom nikin tema, inilah hasilnya. Full Gaze. Huh~ Kok, gue nggak muncul-muncul~ Aku kecewa pada author! Eh, itu diri gue sendiri~ :D Kenapa gue nggak muncul?! Cuma muncul tapi, tidak diketahui identitas. Oh, no.... Tugas w sebagai pelajar banyak baaaaaaaaaaaaaangggggggggggggggggggeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttttttt..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Maaf, malah ngegaze disini..
Bareng sie Tuki (Nancy) nemuin arti rated ff, gara-gara sie Shafira, pas pelajaran Agama kemaren. Jadi:
M: MIND (Jadi, kalo baca rated M diem aja)
T: TALK (Jadi, kalo baca rated T lapor mulu tentang adegan rated T yang buat anak remaja)
K: KEEP (Jadi, kalo baca rated K pasti disimpen menjadi rahasianya)
Review, ya...
_______________ZPBellani®_______________2011-nen_03-gatsu_mikka______________________

My FF: The GazettE / Nancy / Chapter 4


Chapter 4


Chara: Ruki, Aoi, Reita, Fersie, Tuki, Tommi
Genre: Tetep nggak tau~ Udah sebulan bikin ff nie nggak bisa nentuin genre-nya~ :-{
Rated: T (w rasa bisa rated: K+ juga..)
Disclaimer: Tetep punya ZP.. :D Sampai kapanpun.. xixixi


    “Upacara bendera hari Senin, tanggal 27 Oktober 2010 segera dimulai. Masing-masing pemimpin barisan menyiapkan barisannya,” seru petugas upacara yang bertugas membacakan tata urutan upacara semangat.
  Upacara berlangsung cepat karena nggak banyak murid-murid yang ngobrol sendiri-sendiri dan amanat pembina upacara hemat.


 Kelas XGS..
  Ruki menyeka keringatnya. “Itu apaan, sih?! Lama banget~”
  Aoi mengangguk setuju. “Mana panas terik lagi~”
    “Gue pernah denger ‘upacara’ tapi~” ujar Reita lalu, menghela nafas berat. “~ nggak selama tadi.”
    “Emang kayak gitu yang namanya upacara bendera,” kata Tommi, lalu tertawa.
     “Tiap Senin, lho!” tambah Tuki.
  Ruki melongo. Reita mengeryitkan dahi. Aoi pingsan. “NGGAK SETUJU!!” tolak mereka bertiga bersamaan.
    “Mauklum, pada norak nggak tau upacara. Nggak pernah sekolah di luar negri, sih,” sindir Fersie lalu, tersenyum penuh kemenangan. “Nggak kayak gue yang udah biasa sekolah di Indonesia!”
                                                                                                                                                                            

  Alarm kebakaran tanda istirahat kedua bergema di Fict High School lewat pengeras suara yang dipasang di tiap ruang kelas. Murid-murid pergi menuju kantin yang ada di samping lapangan basket. Beberapa siswa asyik main basket. Beberapa siswa bermain futsal. Sisanya ada dimana-mana.
  Tuki tertunduk lemas di tempat duduknya.’Duh~ Kenapa, sih, sakit banget~’
  Temen sebangkunya menoleh bingung. “Kenapa, loe?”
  Tuki Cuma menggeleng sambil mengatakan, “Nggak apa-apa.”


  Pagi yang cerah, matahari bersinar terang. Burung-burung berkicau riang. Awan berarak.
    “Sebelah, loe, kosong? Mana si Tuki?” tanya Tommi.
  Teman sebangkunya Tuki cuma mengangkat bahu. “Kayaknya sakit~”
  Ternyata banyak banget yang nggak masuk, karena.. ini HarPitNas (tau kan singkatan apa?? :D). Kelas XGS aja yang jumlah muridnya 35, jadi tinggal 23, doank. Ckckck


 3 hari setelah HarPitNas..
    “Tuki belum masuk juga?” tanya bu Shafira sang guru Bahasa Sunda mengabsen. Murid-murid menggeleng.
    “Tuh, anak kemana?” bisik Aoi ke Ruki. Ruki Cuma mengangkat bahu dengan tatapan ^Gue nggak tau~^

 8 hari tlah berlalu, tapi Tuki nggak masuk juga tanpa kabar berita..
  Murid-murid XGS nggak tahu kemana Tuki menghilang, beberapa lainnya justru nggak peduli. :{
  Ruki mengajak Aoi dan Reita ke atap sekolah tapi ternyata..
    “Ngapain, loe!?” tanya Ruki ketus.
    “Mo ikutan,” jawab Fersie sambil senyum-senyum. “Masa’ Fersie si asik witiwitiw somplak nggak diajak!?”
    “Ya, deh, suka-suka loe,” kata Ruki be-te. Ia langsung tersenyum semangat mengingat tujuannya ngajak sepupunya ke atap. “Kita cari, yuk!”
     “Siapa?” tanya Aoi dan Reita bersamaan tak mengerti.
    “Siapa lagi kalo bukan Tuki,” jawab Fersie dengan nada ngikutin iklan talkshow di tv.
    “Sorry, gue nggak bisa,” tolak Reita. “Nanti gue ada urusan.”
    “Yah, Reita nggak asyik~” sindir Fersie kecewa.
    “Kalian bertiga aja,” saran Reita.
  Ruki menghela nafas berat. “Ya, udah. Kalo Reita nggak bisa, ya.. kita bertiga aja!” katanya semangat.
  Aoi melipat tangannya. “Emang loe tau rumahnya?”
  Ruki tersenyum ragu. “Kita cari aja sendiri.”
    “Gue tau ni bakalan jadi buruk~” keluh Aoi.
  Ada satu sms yang masuk ke hp Ruki. ‘Ini nomernya siapa?’ pikir Ruki sambil membalas sms itu.


  Sepulang sekolah si Bolang dan 2 kawannya berangkat mencari rumah Tuki yang tidak tau ada dimana. Mereka naik ojeg dari depan sekolah sampai jalan raya yang ada di samping toko besar. Mereka naik angkot biru yang isinya ternyata satu kakek yang membawa 4 kambing. Mereka melewati jembatan yang lagi di renovasi, ruko-ruko, rumah makan, dan lain-lain.
  Mereka yang nggak pernah naik angkutan umum, dengan bingung celingak-celinguk gaze di angkot. Mereka turun di sebuah prapatan yang dipenuhi angkot. Ngikutin jalan raya dan nemuin sesuatu yang selama ini nggak pernah mereka liat sebelumnya. PASAR TRADISIONAL.
    “Gue nggak mau masuk!” tolak Aoi sambil melipat tangannya.
  Ruki tersenyum nggak yakin. “Gimana, nih?”
    “Udah. Ayo! Nggak apa-apa, kok,” ajak Fersie dengan gembira.
    “Mentang-mentang udah biasa main di tempat-tempat kayak gini~” sindir Aoi.
  Dengan berat hati, Aoi pun mengikuti Ruki dan Fersie menjelajah pasar tradisional yang penuh orang, penuh dagangan, penuh benda-benda unik, pengap dan panas, bau campur aduk, dan becek lumpur.
  Ruki terlihat pucat, begitu juga Aoi. “Rasanya gue mao mati~” keluh Ruki.
  Aoi mengangguk setuju. “Harusnya, gue ikut Reita aja~” sesal Aoi.
  Ruki cemberut. “Mana celana gue berubah corak lagi gara-gara kepeleset lumpur mulu~”
  Aoi melihat Fersie yang lagi asyik beli kaset. “Ni anak lagi, malah sibuk nawar!” sindirnya lalu, tersenyum kecut.
  Fersie menoleh. “Enak aja! Gua bukan anak NAWAR! Itu mah temen gue yang ANAK NAWAR!!” kata Fersie membela diri.


 Rumah Kai..
    “Kami pulang!” kata Fersie semangat sambil membuka pintu ruang tamu.
  Uruha muncul sambil bersmsan. “Kata Reita, kalian nyari sesuatu. Dah ketemu?” tanya Uruha. Ia menaruh hpnya ke dalam saku celananya. “Kok, kalian kayak aroma pasar?”
     “Hn. Tanya tuh Ruki yang punya ide,” kata Aoi sambil menaruh tasnya di sofa.
    “Kita Cuma jalan-jalan, doang,” jawab Ruki sambil memasang tampang polosnya, (alibi.. alibi..)
    “Terserah kalian aja,” kata Uruha lalu, mengangguk. Ia berjalan ke ruang keluarga. “Mandi sana! Kalian kayak bau daging ayam~”


 Kamar Ruki..
  “Siapa, sih, sms gue mulu! Nggak tau apa, gue sibuk~” kata Ruki kesal sambil membalas sms dari nomor tak dikenal yang masuk ke hpnya. “’Shafira’? Perasaan gue pernah denger. Siapa, ya?”

Akhirnya............. Setelah 2 minggu sibuk dengan u.h. dan setumpuk tugas, nulis ff ini juga. Tetep gaze, ya?? Atau malah nambah gaze?? Xixixi :D Review, ya.............. Arigatou gozimasu....
 Get glory day!

---------------------------------ZPBellani®-------------2011-nen Ni-gatsu Ni juu go-nichi©---------------------------

My FF: The GazettE / Nancy / Chapter 3


Chapter 3

Chara: The Gazette, Tuki, Tommi, Fersie
Rated: T
Genre: Gaze XD
Disclaimer: Cerita punya ZP, chara dapet dari mana-mana. Udah dapet persetujuan main characternya, koq.. :D


  Ruki membuka pintu rumahnya. “Aku pulang..”
  Terdengar suara-suara dari dapur. Ruki langsung mencari sumber suara yang ternyata.. “Kok, Uruha, ada disini?!”
  Uruha menoleh. Tangannya sibuk mengiris-iris wortel, kentang, kol, baso, dan lainnya. “Oh, Ruki, dah pulang. Akhirnya, ada yang nggak manggil gue ‘Uru-chan’.” Ia mengaduk-aduk kaldu ayam yang ada di wajan. “Ganti baju sana. Ibu loe dah bilang sepupu-sepupu mau dateng kan?”


  Kamar Ruki..
  Ruki lagi ganti baju ketika tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dari luar. Sepupunya berdiri disana sambil senyum-senyum gaze. “Ngapain, sih, loe!? Nggak liat apa GUE LAGI GANTI BAJU!!” kata Ruki kesal sambil mengancing kemejanya.
  Sepupunya yang bernama Fersie Weasley tertawa. “Sama-sama cowok aja marah.”
  Ruki melempar senyum kecut. ‘Males dah dia disini~”


 Ruang makan..
  Uruha masak banyak banget, padahal cuma buat 6 orang. Spaghetti, yakiniku, sop, rendang, orak-arik tempe, telur dadar, onigiri, opor ayam, ayam goreng, perkedel, mie ramen, sate ayam, sate kambing, dan nasi kuning.
    “Ayo, makan. Dikit, sih, tapi enak, kok,” kata Uruha.
  Semua mulai makan (Aoi, Fersie, Kai, Reita, Ruki, dan Uruha). Mereka makan cepat terutama, Fersie yang mengambil banyak banget makanan sampai piringnya nggak cukup.
  “Kak Uru, ini enak banget! Akhirnya aku makan makanan manusia..” kata Fersie bahagia dengan mulut penuh makanan.
  Aoi menjitak Fersie kesal. “Dasar saudara nggak tau terima kasih! Masih mending gue mao masakkin buat lu!” kata Aoi berapi-api.
  Fersie cemberut. “Tapi, kan~”
  Aoi menjitaknya lagi. “Udah diem! Gue be-te.”
  Reita memasang headsetnya, pura-pura nggak tau. Ia menghela nafas berat mengingat dua sepupunya yang berantem mulu.
  Aoi berdiri dan langsung menyeret Ruki  yang baru selesai makan. “Ikut gue, Ruki!”
  Ruki melempar pandang ^Gue mau diapain?^
  Reita mengangkat bahu ^Gue nggak tau.^


 Kamar Ruki..
  Aoi menatap Ruki be-te. “Sekolah dimana, loe?”
    “Fict..”
    “Mulai besok gue, Reita, dan si menyebalkan Fersie sekolah bareng loe!” potong Aoi cepat.
  Ruki mengeryitkan dahinya. “Apa!!?”


 Halaman Fict High School..
  Siswi-siswi melongok lewat jendela kelas mereka saat ada 2 guru dan 1 siswa + 3 siswa baru berjalan disana. Mereka jalan biasa aja, malah nggak peduli, kecuali Fersie yang melambai-lambaikan tangannya ala Miss Universe.


 Kelas XGS..
  Mam Lin sang English teacher memandang 3 murid baru itu heran. ‘ Rambut, nose-band, gitar, dan jas almamater biru tua?’ Ia terdiam bingung lalu, menghela nafas. “Perkenalkan diri kalian.”
  Reita maju. “Hajimemashite. Watashi wa Suzuki Akira desu. Douzo yoroshiku. Onegai shimasu.”
    “Watashi no namae wa..” ucap Aoi lalu diam. “Watashi no namae wa..” ulangnya lalu menggaruk belakang kepalanya. “Saya lupa nama saya~”
  Murid-murid tertawa geli. Ruki menyembunyikan wajahnya dibalik jisho setebal 20 cm. ‘Malu gue punya sepupu kayak dia~’
    “Ah, panggil aja saya Aoi,” putus Aoi cepat. Ia langsung menunduk malu, ‘Kenapa gue nggak pernah apal nama gue, sih~’
  Fersie tersenyum lebar. “Hajimemashite. Watashi no namae wa Fersie Weasley desu. Aku dari sekolah yang sama dengan mereka,” kata Fersie lalu membungkukkan badannya 90°.


  Bel alarm kebakaran berbunyi nyaring dan membuat 3 seito baru itu terkaget-kaget + terbingung-bingung tiap kali denger alarm itu lewat pengeras suara yang baru dipasang di dalam kelas tadi pagi.
    “Jadi kalian berempat sepupu?” tanya Tommi.
  Aoi mengangguk, “Tepat.”
    “Lapeer~” keluh Tommi pelan.
  Fersie yang lagi asyik makan bekalnya noleh. “Ni gua bawa sandwich buatan Uru-chan. Mao?”
  Tommi menggeleng. “Nggak usah. Terima kasih,” tolaknya.
    “’Uru-chan’?” tanya Tuki bingung.
    “Itu sepupu gue,” jawab Aoi lalu tersenyum. “Loe pasti Tuki.”
  Tuki melihatnya kaget. “Tau darimana?”
    “Itu si..”
  Ruki langsung membekap mulut Aoi. “Dia lagi sakit jadi sok tau..”
    “Kok, nggak di rumah aja? Ntar sakitnya tambah parah, lho,” kata Tuki.
    “Udah, jangan pedulikan dia,” kata Fersie lalu, menelan sandwich ikannya.
  Tuki memperhatikan Ruki bingung. “Rambut loe, kok, jadi ungu? Kemaren kan..”
    “Ruki habis main salon-salonan ma Uru-chan. Jadi, ungu, deh rambutnya..” jawab Fersie lalu, tertawa.
  Ruki hanya tersenyum kecut. ‘Pengen gue jitak ni anak!’ batinnya, ‘Sabar-sabar. Inget pelajaran agama kemaren, nggak boleh suka marah-marah.’

 Ternyata emang banyak banget~ sampe capek ngetiknya~ (malah curhat lagi.. :D. Alasan ngetik chap nie padahal, cuma alasan gara-gara nggak dapet ide buat chap 4.. xixixixi  Setelah baca ff IchiRuki, jadi pengen nulis ff IchiRuki juga~ Ff the GazettE diabaikan saja..  xixiixi.. XD

------------------------ZPBellani®----------------------------------2011-nen Ni-gatsu Juu ichi-nichi©-----------------